Minggu, 18 Juli 2010

evolusi dari bunyi ke identitas










Migrasi tarling dangdut, dari sekedar bunyi hingga populeritas
Sejak jaman dahulu, pesisir pantai utara sudah mempunyai selera tentang music, apalagi di kota Indramayu, di kota itu terlahir jenis music tradisional. Tarling, asal kata dari gitar dan suling sangat popular pada era 70an, dimana sinden menyanyikan syair panjang serupa scenario sinetron yang di iringi alunan gitar dan suling tanpa henti.
Seiring perkembangan dan minat pasar akan hiburan, tarling sudah banyak berevolusi, bukan hanya bentuk instrument musiknya saja, tapi secara keseluruhan tarling sudah berubah wujud menjadi Organ Tunggal atau yang lebih popular dengan istilah dangdut organ pantura. Music ini menurut beberapa budayawan dan seniman senior dapat dikategorikan pada seni tradisional, karena pada dasarnya organ tunggal berasal dari seni tarling yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa demi tuntutan para penikmatnya.
Hingga pada kenyataan sekarang organ tunggal sudah kental dengan penampilan para penyanyinya yang selalu tampil dengan goyangan erotis layaknya di club malam, bahkan ada beberapa pula yang menampilkan tarian ular. Sementara disisi lain , bukan hanya orang dewasa saja yang menikmati hiburan tersebut, tapi anak-anak juga tak bisa lepas, ketika penyanyi mulai menari dengan seekor ular piton dan meliuk di ujung panggung dimana anak-anak kecil pun turut menyaksikan pertunjukan itu. Seorang penyanyi organ tunggal dituntut harus bisa menari dan berani berpakaian mini, salah satunya Aan, wanita berusia 25 tahun ini berani mengambil resiko dari colekan tangan lelaki-lelaki yang ingin menari diatas panggung dengannya. Dalam satu kali pentas Aan mendapat bayaran Rp. 200.000, itu tidak termasuk saweran.
Issue yang berkembang akhir-akhir ini lebih menyudutkan para penyanyi organ tunggal ke persoalan “esek-esek”. Bagaimana tidak , dari penampilan saja para penyanyi organ tunggal sudah mengandung unsur-unsur yang menjurus ke sisi negative, ditambah mereka berloma-lomba untuk bias tampil se sexy mungkin demi mendapat uang sawer.
Tak dapat disangkal, hiburan semacam itulah yang memiliki rating paling atas dan menyisihkan kesenian-kesenian tradisional yang lainnya, karena banyak masyaraktat menganggap kesenian tradisional sudah sangat monoton, tidak atraktif, berbeda dengan organ tunggal yang selalu mencari metoda baru dalam penyajiannya.